Jumat, 30 Desember 2011

Contoh Cerpen

KULIT RAMBUTAN
Sore itu, ketika Anes kerja kelompok di sekolah. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar halaman sekolah dulu untuk melepas kepenakan.
“Senangnya ya punya pohon rambutan yang rindang di sekolah, kalau begini kan bermanfaat,enaknya…..Pegal-pegal jadi hilang!” kata Anes di dalam hati
Tiba-tiba,
“Aduh! Siapa sih lempar-lempar kulit rambutan! Kurang ajar nih orang!” kata Anes geram
Dia berusaha mencari asal kulit rambutan itu, tapi…………
“Aduh! Gak ada orang, tapi kok ada yang ngelempari aku ya?” tanya Anes dalam dirinya
Keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuh Anes dan tanpa berfikir panjang dia langsung berlari, tetapi tanpa disadari dia terpeleset dan terjatuh. Kepalanya terbentur batang pohon rambutan hingga memar dan berdarah. Tak peduli dengan semua itu, dia berusaha bangkit dan segera lari menuju kelasnya.
Sesampai di kelas, Anes menceritakan kejadian itu kepada teman-temannya,
“Aduuh! Lihat kepalaku ini, berdarah tau! Sekolah kita ini serem. Masak tiba-tiba aku dilempari kulit rambutan terus aku dibuat jatuh lagi, dan setelah aku cari… Eh gak ada orangnya! Nah serem kan?” cerocos Anes
Ketiga temannya pun langsung pucat mendengar cerita itu.
“Kejadian seperti ini selalu ada di setiap sekolah, teman-temanku juga banyak yang cerita,” tambah Dita
“Ah, apa-apaan sih kamu itu, Dit. Bikin suasana tambah gak enak aja, kasihan nih Anes!” bantah Nisa
“Jangan-jangan kita korban selanjutnya! Aduuh, aku nggak mau. Udah cukup berdarah kayak gini. Aku nggak mau lagi” sahut Anes
“Korban…korban…, Korban apa emangnya? Udah- udah,cerita kalian jadi nyambung kemana-mana. Jadi lanjutin kerja kelompok apa nggak?” kata Nina tegas
“Enggak!” kata ketiga temannya serentak
Kerja kelompok itu pun dihentikan tetapi masalahnya tidak ada satupun dari mereka yang mau melangkah dulu untuk pulang.
“Kalau begini terus mana bisa pulang, kalian mau ta jadi korban kayak kata Anes tadi? Kalau nggak ada yang mau dulu, yaudah aku maju duluan!” bentak Nisa
Angin sore berhembus kencang . Daun-daun kering pun berterbangan kemana-mana. Langit mulai tertutup awan hitam. Rintik-rintik air hujan mulai turun. Tidak ada orang lain lagi disekolah kecuali mereka berempat. Mereka berjalan terus, tak menghiraukan badan yang terus gemetaran. Tak disadari Nisa yang paling depan menginjak kulit rambutan dan terpeleset, otomatis semua anak dibelakangnya ikut terjatuh. Tangan mereka tergores paving hingga berdarah.
“Aduh! Sakit!” kata Nisa
“Aku juga, aduh kok gini sih jadinya!” tambah Dita yang mulai menitihkan air mata
“Udah aku bilang tadi, gara-gara kulit rambutan kan!” sahut Anes
“Sudah….sudah! Ayo kita cepat pergi sekarang!” kata Nina sambil membantu temannya berdiri
Kalimat Istighfar pun tak pernah berhenti keluar dari mulut mereka.
Keesokan harinya, mereka berempat mencritakan kejadian itu ke seluruh teman sekelasnya. Serentak pula semua anak langsung mempercayai cerita itu. Tetapi masih ada satu orang anak yaitu Lita anak seorang tukang kebun sekolah menengah pertama tersebut yang masih memikirkan cerita keempat temannya itu,
“Masak sih, Nes?”
“Kamu ini Lit, dikasih tau kok nggak percaya. Beneran, aku malah yang ngalamin. Lihat dahi dan siku ku ini semua gara-gara kulit rambutan.” jelas Anes
Memang, setiap pagi ketika Lita membantu ayahnya membersihkan lingkungan sekolah, Lita selalu menemukan banyak kulit rambutan berserakan dibawah pohon rambutan itu.
Sore harinya, Lita memberanikan diri untuk membuktikan perkataan teman-temannya itu.
“Sudah sampai disini, aku harus berani,” kata Lita sambil menarik nafas dalam-dalam
“Sebaiknya aku mengamati dari belakang bangku taman ini dulu,” gumam Lita
Suasana yang semula cerah kini berubah menjadi mendung seperti yang dikatakan keempat temannya dan angin pun berhembus kencang. Tidak lama kemudian Lita melihat banyak kulit rambutan mulai berjatuhan dari atas pohon rambutan.
“Aduh aku kok jadi ikutan merinding ya, hari ini hari jum’at lagi? Belum-belum, udah keringatan!” kata Lita sambil mengelap keringat dari dahinya
Tetapi Lita masih bersikeras menemukan fakta dibalik misteri pohon rambutan itu.
“Nah, ada banyak batu kerikil disini. Akan kulemparkan batu-batu ini keatas pohon rambutan itu,” gumam Lita
Tidak lama kemuadian, terdengar suara dari arah pohon rambutan itu, “Aduh…aduh!.”
Tanpa memperdulikan suara dari atas pohon rambutan, Lita terus melemparkan batu tanpa henti-henti. Suara itu makin lama makin keras dan mulai terlihat turunlah seseorang berbaju putih dari atas pohon rambutan itu.
“Waduh…waduh! Siapa itu?” kata Lita
Makin turun, malah semakin terlihat keanehannya. Orang itu berpakaian putih dan memakai sarung putih tetapi bergaris. Lita pun semakin heran melihatnya. Tak lama kemudian orang itu mulai membalikkan tetapi mata Lita kemasukan debu.
“Aduh! Mataku! Bagaimana ini!” kata Lita ketakutan
Lita terus mengucek matanya dan perih di mata Lita mulai menghilang. Tetapi orang berbaju putih tadi pun juga ikut menghilang.
“Tidak diragukan lagi! Mungkin kata temanteman itu benar!” gumam Lita
Mulai timbul keyakinan dalam diri Lita jika cerita teman-temannya itu benar.
“Hei!” kata seseorang dengan nada suara pelan dari belakang Lita sambil menepuk pundaknya keras
“Aaaaaa……, jangan ganggu aku! Aku mohon! Aku tidak akan macam-macam lagi! Aku janji! Biarkan aku pergi sekarang!” kata Lita ketakutan
“Hei, hei! Lita, ini aku Doni. Kamu ini kenapa sih!” kata seseorang dibelakang Lita
Lita mulai memberanikan diri membalikkan badan pelan-pelan dan membuka matanya.
“Doni!” kata Lita kaget
“Iya, ini aku Doni! Tadi aku lihat kamu mengucek mata. Itu nggak baik loh! Aku mau kasih kamu obat mata, kok kamu malah teriak-teriak kayak gitu! Aku jadi ikut takut!” jelas Doni
“Doni?” tanya Lita sekali lagi
“Iya benar ini aku! Ini obat matanya! Dipakai ya!” jawab Doni
“I…I….Iya, makasih!” kata Lita
Doni adalah anak pengusaha kaya yang tampan, tinggi, pengertian, dan tidak sombong. Malah baik sekali dan tidak pernah membeda-bedakan teman. Dia sangat terkenal di sekolah Lita, karena dia selalu aktif mengikuti lomba-lomba mengarang. Baik dari lagu, puisi, drama, dan cerpen. Tidak tanggung-tanggung dari semua lomba itu, Doni sedah pernah merasakan semua gelar juara. Maka dari itu tidak dipungkiri lagi jika Doni sangat terkenal dan jadi pujaan hati para gadis disekolah.
“Kamu itu, Don! Gara-gara kamu seisi kelasku hampir mati ketakutan dibuat cerita tentang kulit rambutan yang kamu buang sembarangan itu!” jelas Lita
“Hah! Gara-gara aku? Kamu bercanda ya, Memangnya ada apa?” tanya Doni penasaran
Lita akhirnya menjelaskan kepada Doni asal mula ketakutan para temannya itu. Cerita itu malah membuat Doni tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha.. Kamu itu ada-ada saja Lit. Yasudah kalau begitu besok aku akan minta maaf ke semua teman-teman kamu terutama Anes, Dita, Nisa, dan Nina. Dan aku juga akan menjelaskan alasanku sebenarnya,” kata Doni.
Lita pun akhirnya tersenyum lega. Keesokan harinya, Doni memasuki kelas Lita dan menjelaskan semua hal yang telah terjadi.
“Eh, ada Doni kesini. Ada apa Don? Mau cari aku?”tanya Anes
“Iya, aku mau cari kamu sama teman-teman kamu.” jawab Doni
“Dita, Nina, Nisa, ayo cepat kesini! Ini loh Doni nyariin kita!” teriak Anes
“Doni?” kata Dita, Nina, dan Nisa serentak
“Ada apa nyariin kita berempat, da yang penting?” tanya Nisa
“Sebenarnya aku nggak nyariin kalian berempat aja, tapi satu kelas!” kata Doni
“Hah! Satu kelas? Memangnya ada apa?” tanya Nina
“Teman-teman semua kumpul disini deh!” teriak Dita
Dengan segera teman-temannya langsung berkumpul dan bertanya-tanya
“Ada apa? Ada apa?” kata temantemannya bersahutan
“Aku akan menjelaskan, jika sebenarnya akulah pelaku semua itu!” kata Doni.
“Semua itu? Semua itu apa?” tanya Anes keheranan
“Ya, yang tentang misteri kulit rambutan itu!” jawab Doni
“Terus apa hubungannya dengan kamu, Don?” tanya Anes lagi
“Akulah pelaku dibalik jatuhnya kulit rambutan itu. Setelah pulang sekolah, aku tidak langsung pulang melainkan sholat dulu dan setelah itu aku langsung naik keatas pohon rambutan itu. Disana aku menghabiskan waktu untuk mengarang puisi untuk persiapan lomba bulan depan. Karena hanya di tempat itu lah aku bisa merasa nyaman dan bisa berkonsentrasi,”jelas Doni
“ Orang kaya kayak kamu masak mau naik keatas pohon rambutan. Terus masalah kulit rambutan itu bagaimana?” tanya Dita
“Beneran itu aku. Mengenai kulit rambutan itu…..Aku minta maaf. Saking nyamannya, aku dengan enaknya langsung membuang kulit buah rambutan itu sembarangan tanpa membersihkannya,” jawab Doni
“Lah waktu aku marah-marah sendirian kayak orang gila dibawah pohon rambutan itu, masak kamu nggak kedengaran?” sahut Anes
“Iya, waktu itu aku paki earphone, jadi nggak kedengaran maaf ya, dan maaf juga kalau kulit rambutannya mengenai kamu,” tambah Doni
“Emm…Ok Ok santai aja Don, nggak masalah kok,” kata Anes
“ Dan kamu juga ya Lit, maafin aku. Selama ini aku cuma bisa ngerepotin kamu aja buat beresin sampah-sampah kulit rambutan ku itu!” kata Doni menyesal.
”Apaan sih kamu itu, Don! Nggak apa-apa lagi!” sahut Lita.
Akhirnya semua misteri itu terpecahkan berkat Detektif Lita. Selesai

Tidak ada komentar: